AKTIVITAS
POLIFENOL TEH SEBAGAI PENANGKAP RADIKAL
PAPER
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Gizi Dan Kesehatan Hewan
Mahasiswa Semester VII
Oleh:
Laras Saty
|
J2B009008
|
Ken Qudsy
Royani
|
J2B009027
|
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
1.1 Teh
Tanaman teh secara luas dibudidayakan di Asia Tenggara. Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer di dunia karena rasa dan aroma yang atraktif. Sekarang lebih dari 300 jenis teh diproduksi, tetapi berdasarkan cara pengolahannya teh terbagi dalam tiga jenis, yaitu teh hijau, teh pouchong serta teh hitam. Tanaman teh umumnya ditanam di perkebunan, dipanen secara manual, dan dapat tumbuh pada ketinggian 200-2.300 m dpl. Teh hijau mengandung lebih dari 36 persen polifenol, sekalipun jumlah ini masih dipengaruhi cuaca (iklim), varietas, jenis tanah dan tingkat kemasakan. Kunci utama dari khasiat teh berada pada komponen bioaktifnya, yaitu polifenol, yang secara optimal terkandung dalam daun teh yang muda dan utuh. Paling tidak sekitar 14 glikosida mirisetin, kuersetin dan kaempferol dalam teh segar, teh hijau dan teh hitam telah diketahui keampuhannya menghalau kanker dan kolesterol.
Sifat fungsional teh hijau lebih tinggi dibandingkan dengan teh hitam. Ini ditunjukkan dengan jumlah polifenol teh hijau yang berperan untuk mencegah terjadinya kanker dibandingkan polifenol teh hitam. Senyawa polifenol dapat berperan sebagai penangkap radikal bebas hidroksil (OH) sehingga tidak mengoksidasi lemak, protein dan DNA dalam sel. Radikal bebas yang berasal dari berbagai makanan awetan dan polusi udara merupakan musuh utama kesehatan, kecantikan dan penuaan dini seperti cepat keriput dan noda hitam pada kulit. Kemampuan polifenol menangkap radikal bebas, 100 kali lebih efektif dibandingkan vitamin C dan 25 kali lebih efektif dari vitamin E.
1.2 Polifenol
Polifenol
merupakan grup yang sangat penting dalam teh, terutama katekin. Pada proses
pengolahan teh hitam, polifenol mengalami oksidasi dan polimerisasi membentuk bisflavanol,
theaflavin, thearubigin, dan oligomer lainnya. Theaflavin (sekitar 1-2% berat
kering teh hitam) termasuk di dalamnya theaflavin 3-0 galat, theaflavin -3,-0- galat
dan theaflavin -3-3’-0- digalat, memiliki cincin benzotropelen dengan hidroksi
atau sistem substitusi inhidroksi. Sekitar 10-20% berat kering teh hitam adalah
thearubigin yang mengalami oksidasi dan polimerisasi lanjut. Thearubigin
mempunyai berat molekul yang besar.
Polifenol
teh hijau diketahui mempunyai kemampuan menghambat mutagenik yang disebabkan
oleh adanya benzo(α)pyrene, aflatoksin B1, 2-aminofluorence,
4-nitroquinoline serta kondensat asap rokok. Selain itu, polifenol teh hijau
juga mempunyai kemampuan menangkap sejumlah radikal bebas seperti
peroksinitrit, superoksida, hidrogen peroksida, DPPH dan menghambat oksidasi
LDL.
1.3 Flavonoid Dan Katekin Teh Hijau
Flavonoid
merupakan satu diantara sekian banyak antioksidan alami yang terdapat dalam
tanaman pangan. Struktur dasarnya terdiri atas sebuah inti flavan
(2-fenil-benzo-ϒ-piran) yang mengandung dua cincin benzen (A dan B0. Inti
flavan tersebut dikombinasikan dengan oksigen yang mengandung cincin piran C.
Adanya
substitusi dalam cincin C menegakkan perbedaan kelas dalam flavonoid. Flavonoid
terdiri atas falvon-3-ol, mengandung cincin C jenuh dengan metil pada posisi 4
(misalnya katekin dengan OH dalam posisi 5,7,3’,4’). Flavonoid dikenal
mempunyai aktivitas antioksidan dan mempunyai kemampuan mengikat logam (metal chelating). Aktivitas antioksidan
flavonoid meningkat dengan bertambahnya grup hidroksi dalam cincin A dan B.
Komposisi polifenol teh hijau (tabel 1) bervariasi tergantung iklim, musim,
varietas dan jenis petikan.
1.4
Fungsi Polifenol
1.4.1
Kemampuan Penangkapan Peroksinitrit
Peroksinitrit merupakan produk oksidasi potensial.
Asam peroksinitrit (ONNOH) yang merupakan proton linked ONNO-,
menyebabkan peroksidasi lipid melalui sisi aktif. Mekanisme kerusakan oksidatif
dapat dicegah dengan adanya antioksidan rantai akhir secara tepat mampu
menangkap radikal. Beberapa percobaan secara in vitro maupun in vivo
mengindikasikan kemampuan teh hijau dalam menangkap radikal bebas oleh
flavon-3-ol dan komponen galatnya.
Setiap penambahan 20 µM komponen teh hijau
menyebabkan penurunan pembentukan peroksinitrit dari 3- moefokinononimine
(SIN-1) secara signifikan. EGCG dan GCG memperlihatkan pengaruh penangkapan
terkuat.
Penggunaan lipopolisakarida dan interferon-ϒ
diperlihatkan bahwa EGCG menekan pembentukan NO dan gen yang dapat menyebabkan
sintesa oksidasi nitrit. Senyawa oksigen
aktif menyerang protein, lipid, asam nukleat, dan enzim pada tubuh secara bebas
maupun kelompok. Senyawa tersebut memperlihatkan beberapa pengaruh racun.
Antioksidan mempunyai kemampuan dalam merusak produk NO dalam molekul target.
1.4.2
Kemampuan Penangkapan Radikal DPPH
Antioksidan diperkirakan dapat beraksi dengan radikal bebas seperti radikal hidroperoksida dari peroksidasi lipid serta mampu mengakhiri propagasi rantai reaksi. DPPH merupakan radikal yang sangat stabil. Bersama antioksidan, radikal DPPH membentuk suatu reaksi.
Kemampuan penangkapan radikal DPPH oleh komponen
partikel ini juga dapat dilihat sebagai kemampuan komponen polifenol dalam
menyumbang hidogen. Kemampuan menyumbang hidrogen beberapa grup hidroksil dalam
struktur katekin atau theaflavin sangat erat hubungannya dengan kemampuan
polifenol tersebut dalam menangkap radikal bebas.
1.4.3
Kemampuan Penghambatan Oksidasi Lipid
Katekin teh hijau juga memperlihatkan kemampuan
aktivitas antioksidan yang kuat dalam pencegahan oksidasi minyak nabati.
Aktivitas antioksidan katekin teh yang telah dipurifikasi sebelumnya telah
dibandingkan aktivitas antioksidannya terhadap antioksidan komersil (BHA, BHT,
dan TBHQ pada konsentrasi 200 ppm dan α-tokoferol pada konsentrasi 500 ppm)
dalam blubery dan minyak menhaden dalam oven schaal pada kondisi 65°C selama
144 jam. Pembentukan produk oksidasi awal (hidroperoksida dan peroksida) telah
dimonitor dengan penetuan nilai peroksida (PV). Hasil penelitian tersebut
memperlihatkan bahwa ECG mempunyai kemampuan 5,6 sampai 7,4 kali lebih efektif
dibanding BHA dalam blubery dan minyak manhaden setelah 48 jam penyimpanan.
Tujuan utama penambahan antioksidan dalam lipid adalah
untuk mencegah akumulasi radikal bebas atau untuk menurunkan radikal bebas.
Katekin dengan grup hidroksi bebas dapat bereaksi sebagai akseptor radikal
bebas dan juga menghambat pembentukan radikal. Katekin mempunyai banyak grup
hidroksi yang berperan dalam penangkapan ion logam. Penambahan katekin teh,
o-tokoferol dan antioksidan lainnya baik dalam blubery maupun minyak menhaden
secara signifikan berpengaruh terhadap pembentukan 2-thiobarbituric acid
reactive substance (TBASRS) dibandingkan sampel kontrol. Urutan kemampuan dalam
penghambatan pembentukan TBARS dalam blubery maupun minyak menhaden adalah
(-)-ECG > TBHQ>, (-)-EGCG> (-)-EGC> (-)-EC> BHT> BHA> α-tokoferol.
1.4.4
Penghambatan Oksidasi LDL
Penelitian terhadap hewan secara in vitro
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan teh mampu melindungi lipoprotein
densitas rendah (LDL). Modifikasi LDL merupakan langkah penting dalam
patogenasi arteriosklerosis. Konsekuensi perlindungan LDL pada oksidasi oleh
beberapa antioksidan dapat mencegah atau menghambat terjadinya penyakit.
Mekanisme pasti inisiasi pada oksidasi belum diketahui secara pasti, tetapi LDL
dapat dioksidasi secara in vitro oleh beberapa sel pembuluh tanaman termasuk
sel endothelial, sel tunggal dan karopagus.
Teh hijau mempunyai kemampuan menhambat LDL yang
dikatalis oleh tembaga atau oksidasi LDL/VLDL. Kemampuan penghambatan oksidasi
LDL meningkat dengan bertambahnya ekstrak teh hijau. Pada konsentrasi 5µM
katekin dan epikatekin masing-masing mamou menghambat 97,3% dan 94,5% oksidasi
LDL.
1.4.5
Polifenol Teh Sebagai Antimutagenik Dan Antikarsinogenik
Mekanisme antimutagenik dan antikarsinogenik
polifenol telah dirangkum oleh Cheng et al (1988) sebgai berikut:
1. Polifenol
menyebabkan aktivitas detoksifikasi enzim seperti glutathione S-transferase.
2. Mereduksi
TPA sebagai promotor tumor.
3. Memblok
karsinogenik dari pinggir menuju DNA.
4. Menaangkap
radikal bebas dan mencegah oksidasi lipid secara in vitro.
Disamping mempunyai aktivitas sebagai
antikarsinogenik dan antimutagenik, ekstrak teh hijau mampu menangkap radikal
superoksida dan hidrogen superoksida. Katekin dan thearubigin secara individu
memperlihatkan kemampuan yang berbeda dalam menangkap superoksida, DPPH maupun
peroksida lipid. Hara (1992 a,b) telah mengevaluasi potensi oksidatif ekstrak
teh hijau dan katekin secara individu dalam lemak babi dengan metoda oksigen
aktif. Katekin teh dapat mereduksi pembentukan peroksida lebih efektif dibandingkan
dengan α-tokoferol atau BHA.
Kemampuan katekin treh hijau ini selalu dihubungkan dengan kapasitasnya sebagai
antimutagenik, antitumor dan antikanker.
DAFTAR
PUSTAKA
Cheng,
S., Z. Wang, and C.T. Ho. 1988. Incurrent
Medicine in China. The Peoples Medical Publishing House. Beijing, pp.
165-172
Hara,
Y. 1994a. Food Phytochemistry for Cancer
Preventation II-Tea, Spices and Herbs, ACS Series. American Chemistry
Society. Washingtoon DC,p. 34-50
______.
1994b. Prphylactic Function of Tea
Polyphenols, In Food Phtochemistry For Cancer Prevention II, Teas, Spices, and
Herbs. American Chemical Society. Washington DC, 34-50
No comments:
Post a Comment
bagaimana menurut kamu?