berapa berapa berapa

TERIMA KASIH

selamat datang....
komentarnya di isi ya....
join juga, biar makin seru...

Thursday, March 7, 2013

KAYANYA UKM DESA KEDUNGSARI



Desa Kedungsari memiliki berbagai macam UKM (Usaha Kecil Menengah) yaitu krupuk pilus, pandai besi, dan monel.

Krupuk pilus, cita rasa kedungsari punya...

Kabut gerimis masih menggelayut pekat, menarik hasrat untuk tetap menikmati buai mimpi yang masih saja kuat meski sudah terganggu kokok ayam di pagi hari, namun di dapur dengan alas tanah dan tungku kayu milik ibu iptiah, sudah cukup penuh dengan aktifitas pembuatan kerupuk pilus dan kerupuk rambak. Kegiatan produksi yang telah dimulai sejak tahun 1952 oleh almarhum bapak yasan, ayah dari ibu iptiah, ini terus saja mendapat perhatian dari para penikmat kuliner di wilayah eks-kawedaan boja (Boja, Limbangan, dan singorojo), dimana disini adalah satu satunya tempat produksi kerupuk pilus di wilayah ini. Bu iptiah sudah dikenal baik sebagai penghasil kerupuk dengan cita rasa unik dan tetap terjaga meskipun lebih dari 60 Tahun sejak pertama kali berproduksi. 
 
Kerupuk yang diproduksi oleh bu iptiah ini terdapat dua variasi jenis, yaitu kerupuk rambak, dan kerupuk pilus. Bu iptiah memproduksi kerupuk rambak dalam skala kecil karena prosesnya yang lebih panjang dan kompetitor yang lebih banyak. Saat ini beliau lebih banyak memproduksi kerupuk pilus dimana sejauh ini hanya beliau yang memproduksinya. Keduanya dibandrol dengan harga yang sangat murah, Rp 200,- per kemasan. Harga yang mungkin tidak sesuai dengan cita rasa dan ketulusan pembuatannya, “keuntungan per harinya tidak pernah saya hitung, yang penting cukup buat keluarga kami makan saja” jawab bu iptiah saat ditanyai mengenai penghasilan usahanya.




Proses pembuatan makanan ringan ini pun ternyata tidak secepat kita menikmatinya dengan makanan kesukaan kita, atau saat kita nikmati sebagai kudapan mengisi waktu luang. Perlu waktu setidaknya hampir seminggu, mulai dari pembuatan adonan yang terdiri dari tepung tapioka, rempah dan garam, yang selanjutnya dicetak dengan cetakan yang dibuat dengan model yang diciptakan sendiri, pemotongan adonan yang dilanjutkan pengeringan adonan selanjutnya masuk dalam tahap penggorengan sehingga kerupuk dapat dinikmati. Proses pembuatan kerupuk bu iptiah ini masih secara tradisional, dengan dibantu oleh dua orang tetangga yang beliau berdayakan. 

Dalam mencoba meningkatkan nilai jual produk ini, kami tim KKN kedungsari mencoba untuk memberikan variasi rasa pada kerupuk pilus ini, antara lain rasa gurih, pedas, dan original, sehingga diharapkan mampu memberikan pilihan bagi penikmat kuliner tentang rasa yang disukainya. Sebagai salah satu aset kuliner yang unik, hendaknya perlu dikenali oleh tidak hanya masyarakat sekitar ekskawedanan Boja, namun juga menjadi salah satu kuliner warisan dan kebanggaan bangsa Indonesia. (16/01/2013)

Senjata Istimewa Kelurahan Kedungsari
Denting logam yang beradu, dibarengi dengan deru bara yang di pompa udara, telah menjadi pemadangan selama 38 tahun keseharian pak Kuntoro. Sosok gempal yang bersahaja ini merupakan salah satu pembuat senjata logam yang sudah tidak diragukan lagi kualitas hasil tempaannya. 

Di bengkel sederhana miliknya ia senantiasa menerima pesanan para pelanggannya. Dengan kesetiannya selalu menghasilkan senjata logam yang sangat berkualitas, sehingga sampai sekarang pun masih menjadi andalan para pencari benda-benda logam nan tajam untuk digunakan para pelanggannya. Dengan bahan baku per/shockbreaker truck, dalam waktu 1 jam ia dapat menyulap per bekas mobil menjadi senjata nan tajam. Setiap hari minggu, selasa dan kamis bengkel sederhananya selalu dipadati oleh pelanggan-pelanggan setianya. Pelanggan tersebut bisa memesan bendo, cangkul, sabit dan lain-lain. Dengan membawa uang sebesar 80.000 (delapan puluh ribu rupiah), pelanggan dapat membawa pulang senjata tajam ini. Memang untuk harga sedikit lebih mahal di banding dengan harga-harga di pasar. Namun pelanggan tidak akan di kecewakan dengan kualitas pandai besi pak Kuntoro yang telah lama bekerja di bidangnya.





Dengan ketangguhan senjata tajam buatannya ia pernah diundang untuk mengikuti pameran di Kab. Kendal, namun selama pameran ia kurang berhasil menjual hasil tempaannya nan tajam ini. Sekali lagi hal ini di karenakan pak Kuntoro adalah seorang pandai besi yang lebih mengutamakan kualitas bukan kuantitas. Dengan pengalamannya selama 38 tahun menjadi pandai besi dan tutur pelanggan yang kami temui, kami yakin bahwa peralatan yang pak Kuntoro buat memang baik secara kualitas. (17/01/2013)

Kerajinan Monel Kedungsari
            Serpihan potongan logam kuningan, alat  bakar, tang dan palu tampak menghiasi workshop pak sujud, warga dusun krajan ,desa kedungsari. Lelaki paruh baya yang juga dikenal sebagai pak mandeg ini telah lebih dari 15 tahun menekuni usaha pembuatan aksesoris yang berbahan dasar monel, perak dan kuningan.

                    Hasil kerajinan yang diproduksi berupa kalung dan cincin, sebagian besar aksesoris yang dipasarkan berasal dari Jepara. Pak Mandeg memproduksi sebagian besar aksesorisnya di Jepara karena modal yang dikeluarkan lebih besar bila di produksi di Singorojo. Kendala yang dihadapi adalah bahan baku yang lebih susah didapat waktu musim hujan. Selain itu, alat-alat yang digunakan untuk membuatnya juga mahal, sehingga Pak Mandeg lebih memilih membeli cincin dari Jepara untuk kemudian dijual kembali.

                    Produksi monel itu tidak dijual satuan melainkan dijual per kodi dengan harga Rp 500.000,00. Para pembeli dapat memesan cincin dengan hisan berupa batu aki, dan harga dari cincin berbatu aki tersebut tergantung dari harga batu akinya. Cincin yang menggunakan batu aki dijual dengan harga termurah Rp 25.000,00. (17/01/2013)


 reportase minggu pertama by: desa kedungsari kecamatan singorojo kabupaten kendal

No comments:

Post a Comment

bagaimana menurut kamu?